Dewa Wisnu akan bertarung dengan Dewa Siwa. Daksa tetap angkuh. Namu karna janji Wisnu pada Prajapati Daksa agar melindunginya dalam kesusahan dan saat dibutuhkan, Wisnu terpaksa harus melawan murka dari Daksa (wirbadra). Dan berhasil mengikat Wirbadra, namun Dewa siwa mengambil rambutnya dan melepaskan Bradrakali untuk membatu Wirbadra. Kemarahan Dewa Siwa terhadap terbunuhnya Istrinya, maka perang tidak bisa dihentikan. Selama Daksa belum mati maka Mahadewawa akan tetap berperang. Benar siapapun tidak bisa mencegah Wirbadra. Tapi memang Daksa tetap masih angkuh dan tidak percaya bahwa Wisnu tidak bisa melawan Siwa. Bahkan walaupun sudah dekat dengan kematian pun Daksa tetap pada keangkuhannya. Bahkan di depan Dewa Wisnu pun dia bertingkah angkuh.Dia bahkan berani membentak Dewa wisnu.
Kemarahan Dewa Siwa membuat para dewa harus menacari jalan keluar untuk menenangkan kemarahannya. Dewa Brahma dan Dewa Wisnu pun ikut meminta maaf dan merasa bersalah karna datang dalam undangan Prajapati Daksa yang sombong. Bila karna tidak dihentikan murka Mahadewa, maka kehancuran dunia pasti tidak bisa dihentikan.
Wisnu mengingatkan bahwa Sati membakar dirinya untuk melepaskan diri dari tubuh yang dilahirkan sebagai anak PrajaPati Daksa. Dan Dewa Wisnu menggunakan cara itu untuk menenangkan diri Dewa Siwa. Tubuh Sati masih ada, da harus dikremasi agar dikenali.
Keangkuhan Daksa, dengan mengeluarkan Ilmunya pun tidak bisa menahan keganasan Wibadra. Prajapati Daksa lari dan mulai ketakukan. Wibadra pun mengejar hingga ke kerajaannya. Apa lagi yang akan dilakukan Daksa dengan kesombongannya? apa ia masih tetap sombong dan angkuh? Ternyata Daksa yang angkuh meminta pengampunan Mahadewa. "Selamatkan Nyawaku Dewa Siwa, Salam Dewa Siwa"
Tapi itulah seperti kata Dewa Wisnu bahwa kematiannya tidak bisa elakkan lagi. Wibadra menyelesaikan pekerjaannya dengan memotong kepalanya. Walapun dengan tetesan air mata. Maka Mahadewa pun muncul di Bumi dalam kerajaan Daksa untuk melihat Istrinya Sati. Maka inilah sebenarnya yang ditakuti oleh Mahadewa dengan sebelumnya begitu sulit menerima Sati sebagai Istrinya. Mahadewa terus menangisi istrinya yang sudah menjadi Mayat. Mahadewa yang maha tahu sudah mengetahui itu akan terjadi dengan perginya Sati ke undangan Ayahnya tanpa di Undang.
Kemarahan Dewa Siwa membuat para dewa harus menacari jalan keluar untuk menenangkan kemarahannya. Dewa Brahma dan Dewa Wisnu pun ikut meminta maaf dan merasa bersalah karna datang dalam undangan Prajapati Daksa yang sombong. Bila karna tidak dihentikan murka Mahadewa, maka kehancuran dunia pasti tidak bisa dihentikan.
Wisnu mengingatkan bahwa Sati membakar dirinya untuk melepaskan diri dari tubuh yang dilahirkan sebagai anak PrajaPati Daksa. Dan Dewa Wisnu menggunakan cara itu untuk menenangkan diri Dewa Siwa. Tubuh Sati masih ada, da harus dikremasi agar dikenali.
Keangkuhan Daksa, dengan mengeluarkan Ilmunya pun tidak bisa menahan keganasan Wibadra. Prajapati Daksa lari dan mulai ketakukan. Wibadra pun mengejar hingga ke kerajaannya. Apa lagi yang akan dilakukan Daksa dengan kesombongannya? apa ia masih tetap sombong dan angkuh? Ternyata Daksa yang angkuh meminta pengampunan Mahadewa. "Selamatkan Nyawaku Dewa Siwa, Salam Dewa Siwa"
Tapi itulah seperti kata Dewa Wisnu bahwa kematiannya tidak bisa elakkan lagi. Wibadra menyelesaikan pekerjaannya dengan memotong kepalanya. Walapun dengan tetesan air mata. Maka Mahadewa pun muncul di Bumi dalam kerajaan Daksa untuk melihat Istrinya Sati. Maka inilah sebenarnya yang ditakuti oleh Mahadewa dengan sebelumnya begitu sulit menerima Sati sebagai Istrinya. Mahadewa terus menangisi istrinya yang sudah menjadi Mayat. Mahadewa yang maha tahu sudah mengetahui itu akan terjadi dengan perginya Sati ke undangan Ayahnya tanpa di Undang.
Untuk keseimbangan dunia ini, Daksa harus hidup kembali. Dewa Brahma dan Dewa Wisnu memohon untuk kehidupannya kembali. Begitu juga dengan Istrinya Daksa meminta demikian kehidupan Daksa tanpa Keangkuhan. Daksa harus dihidupkan kembali dan tidak terelakkan untuk tugas menjaga bumi, sesuai dengan sistem. Kemudia Mahadewa pun menghidupkan kembali Prajapati Daksa dengan Kepala Sapi.
Kisah percintaan Mahadewa dan Dewi Sati sangat menyentuh hati. Bagaimana seorang dewa pun bisa menjadi sangat sedih bila orang yang sangat dicintainya meninggalkannya dan tidak bisa dia kembalikan lagi. Sebaliknya dia bisa sangat murka bila istrinya di hina.
Dewa Wisnu akan bertarung dengan Dewa Siwa. Daksa tetap angkuh. Namu karna janji Wisnu pada Prajapati Daksa agar melindunginya dalam kesusahan dan saat dibutuhkan, Wisnu terpaksa harus melawan murka dari Daksa (wirbadra). Dan berhasil mengikat Wirbadra, namun Dewa siwa mengambil rambutnya dan melepaskan Bradrakali untuk membatu Wirbadra. Kemarahan Dewa Siwa terhadap terbunuhnya Istrinya, maka perang tidak bisa dihentikan. Selama Daksa belum mati maka Mahadewawa akan tetap berperang. Benar siapapun tidak bisa mencegah Wirbadra. Tapi memang Daksa tetap masih angkuh dan tidak percaya bahwa Wisnu tidak bisa melawan Siwa. Bahkan walaupun sudah dekat dengan kematian pun Daksa tetap pada keangkuhannya. Bahkan di depan Dewa Wisnu pun dia bertingkah angkuh.Dia bahkan berani membentak Dewa wisnu.
Kemarahan Dewa Siwa membuat para dewa harus menacari jalan keluar untuk menenangkan kemarahannya. Dewa Brahma dan Dewa Wisnu pun ikut meminta maaf dan merasa bersalah karna datang dalam undangan Prajapati Daksa yang sombong. Bila karna tidak dihentikan murka Mahadewa, maka kehancuran dunia pasti tidak bisa dihentikan.
Wisnu mengingatkan bahwa Sati membakar dirinya untuk melepaskan diri dari tubuh yang dilahirkan sebagai anak PrajaPati Daksa. Dan Dewa Wisnu menggunakan cara itu untuk menenangkan diri Dewa Siwa. Tubuh Sati masih ada, da harus dikremasi agar dikenali.
Keangkuhan Daksa, dengan mengeluarkan Ilmunya pun tidak bisa menahan keganasan Wibadra. Prajapati Daksa lari dan mulai ketakukan. Wibadra pun mengejar hingga ke kerajaannya. Apa lagi yang akan dilakukan Daksa dengan kesombongannya? apa ia masih tetap sombong dan angkuh? Ternyata Daksa yang angkuh meminta pengampunan Mahadewa. "Selamatkan Nyawaku Dewa Siwa, Salam Dewa Siwa"
Tapi itulah seperti kata Dewa Wisnu bahwa kematiannya tidak bisa elakkan lagi. Wibadra menyelesaikan pekerjaannya dengan memotong kepalanya. Walapun dengan tetesan air mata. Maka Mahadewa pun muncul di Bumi dalam kerajaan Daksa untuk melihat Istrinya Sati. Maka inilah sebenarnya yang ditakuti oleh Mahadewa dengan sebelumnya begitu sulit menerima Sati sebagai Istrinya. Mahadewa terus menangisi istrinya yang sudah menjadi Mayat. Mahadewa yang maha tahu sudah mengetahui itu akan terjadi dengan perginya Sati ke undangan Ayahnya tanpa di Undang.
Kemarahan Dewa Siwa membuat para dewa harus menacari jalan keluar untuk menenangkan kemarahannya. Dewa Brahma dan Dewa Wisnu pun ikut meminta maaf dan merasa bersalah karna datang dalam undangan Prajapati Daksa yang sombong. Bila karna tidak dihentikan murka Mahadewa, maka kehancuran dunia pasti tidak bisa dihentikan.
Wisnu mengingatkan bahwa Sati membakar dirinya untuk melepaskan diri dari tubuh yang dilahirkan sebagai anak PrajaPati Daksa. Dan Dewa Wisnu menggunakan cara itu untuk menenangkan diri Dewa Siwa. Tubuh Sati masih ada, da harus dikremasi agar dikenali.
Keangkuhan Daksa, dengan mengeluarkan Ilmunya pun tidak bisa menahan keganasan Wibadra. Prajapati Daksa lari dan mulai ketakukan. Wibadra pun mengejar hingga ke kerajaannya. Apa lagi yang akan dilakukan Daksa dengan kesombongannya? apa ia masih tetap sombong dan angkuh? Ternyata Daksa yang angkuh meminta pengampunan Mahadewa. "Selamatkan Nyawaku Dewa Siwa, Salam Dewa Siwa"
Tapi itulah seperti kata Dewa Wisnu bahwa kematiannya tidak bisa elakkan lagi. Wibadra menyelesaikan pekerjaannya dengan memotong kepalanya. Walapun dengan tetesan air mata. Maka Mahadewa pun muncul di Bumi dalam kerajaan Daksa untuk melihat Istrinya Sati. Maka inilah sebenarnya yang ditakuti oleh Mahadewa dengan sebelumnya begitu sulit menerima Sati sebagai Istrinya. Mahadewa terus menangisi istrinya yang sudah menjadi Mayat. Mahadewa yang maha tahu sudah mengetahui itu akan terjadi dengan perginya Sati ke undangan Ayahnya tanpa di Undang.
Untuk keseimbangan dunia ini, Daksa harus hidup kembali. Dewa Brahma dan Dewa Wisnu memohon untuk kehidupannya kembali. Begitu juga dengan Istrinya Daksa meminta demikian kehidupan Daksa tanpa Keangkuhan. Daksa harus dihidupkan kembali dan tidak terelakkan untuk tugas menjaga bumi, sesuai dengan sistem. Kemudia Mahadewa pun menghidupkan kembali Prajapati Daksa dengan Kepala Sapi.
Kisah percintaan Mahadewa dan Dewi Sati sangat menyentuh hati. Bagaimana seorang dewa pun bisa menjadi sangat sedih bila orang yang sangat dicintainya meninggalkannya dan tidak bisa dia kembalikan lagi. Sebaliknya dia bisa sangat murka bila istrinya di hina.
0 Response to "Review Mahadewa : KEPALA DAKSA DIPENGGAL DIGANTI MENJADI KEPALA SAPI"
Post a Comment